Wednesday 13 December 2017

Praktikum Kimia Analitik I: Gravimetri

A. Tujuan
     1. Penetapan kalsium sebagai kalsium karbonat
     2. Membuat endapan yang dibentuk oleh bahan yang dianalisis
     3. Menentukan massa endapan yang terbentuk

B. Teori Dasar
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis graimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.

Gravimetri adalah salah satu teknik analisis tertua dalam kimia analitik, langkah pengukuran dalam gravimetri adalah pengukuran berat. Analit dipisahkan dari semua komponen dalam sampel dengan menggunakan pereaksi atau perlakuan yang lain. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk bahan yang dianalisis. Dalam cara pengendapan, analit direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadap berat. Atas dasar pembentukkan endapan maka gravimetri dibedakan menjadi dua macam:

  1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analit dengan suatu pereaksi. Baik kation maupun anion dari analit mungkin diendapkan, bahan pengendap bisa berupa senyawa organik maupun anorganik. Cara ini bisa disebut Gravimetri.
  2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkataan lain analit dielektrolisa sehingga terjadi pembentukkan logam sebagai endapan. Cara ini disebut Elektrogravimetri
Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan dalam analisis gravimetri dengan pembentukkan endapan adalah:
  1. Preparasi sampel
  2. Presipitasi atau pengendapan
  3. Penuaan (digestion)
  4. Filtrasi (penyaringan)
  5. Pencucian endapan
  6. Pemanasan atau pembakaran endapan
  7. Penimbangan
  8. Perhitungan hasil analisis
Preparasi sampel meliputi beberapa perlakuan pendahuluan terhadap sampel sehingga memungkinkan diperoleh suatu kondisi sampel yang sesuai untuk proses pengendapan selanjutnya. Sebagai contoh kondisi larutan sampel harus diatur sedemikian rupa sehingga dicapai kelarutan yang rendah dari endapan dan untuk memperoleh bentuk yang baik untuk filtrasi. Syarat pertama dari endapan adalah cukup tak larut sehingga jumlah yang hilang karena kelarutannya dapat diabaikan. Disamping itu endapan harus terdiri dari kristal-kristal yang cukup besar sehingga mudah dalam proses filtrasi. Telah diketahui bahwa begitu pereaksi ditambahkan terjadi sederetan tahap pembentukkan endapan, yaitu:

Supersaturasi, dimana larutan mengandung komponen terlarut yang lebih besar daripada keadaan setimbang. Ini disebut kondisi menstabil dan selanjutnya terjadi proses yang mengarah pada kesetimbangan (prinsip Le Chatelier).

Nukleasi (pembentukkan inti), agar terjadinya nukleasi sejumlah minimal partikel harus ada bersama-sama untuk membentuk inti mikroskopik dan fasa padatan. Inti awal yang terbentuk akan tumbuh dengan adanya deposisi dari partikel endapan yang lain untuk membentuk kristal dalam bentuk geometris tertentu.

Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat CaC2O4.H2O dengan mengolah suatu larutannya dengan asam klorida panas dengan amonium oksalat dan perlahan-lahan menetralkan dengan larutan amonia.

Ca2+ + C2O42-+ H2O CaC2O4.H2O

Endapan dicuci dengan larutan amonium oksalat dan kemudian dalam salah satu bentuk berikut:

Sebagai CaC2O4.H2O dengan dipanaskan pada suhu 100-105 °C selama 1-2 jam. Metode ini tidak dianjurkan untuk pekerja teliti, antara lain disebabkan oleh sifat higroskopik dari oksalat dan sulitnya menghilangkan amonium oksalat yang berkopresipitasi pada suhu yang rendah ini. Hasilnya biasanya 0,5-1 persen terlalu tinggi.

Sebagai CaCO3 dengan memanaskan pada 475-525 °C dalam tanu setengah silinder (mufel) listrik. Ini merupakan metode paling memuaskan, karena karbonat tak higroskopik.

CaC2O CaCO+ CO

Sebagai CaO dengan memijarkan pada suhu 1200 °C. Metode ini banyak digunakan tetapi kasium oksida yang dihasilkan mempunyai bobot molekul yang relatif lebih kecil dan higroskopik.

CaCO CaO + CO2


C. Prosedur Kerja
prepasari sampel dan pengendapan

Penyaringan dan pencucian endapan



Pengeringan dan penimbangan endapan


D. Data Pengamatan
Data penimbangan
Sampel kalsium CaCO3
Kaca arloji kosong
Kaca arloji + kertas saring
Kertas saring
Kertas saring + endapan
0,1 g
37 g
37,4 g
0,4 g
0,6 g

Preparasi sampel dan pengendapan

Langkah Percobaan
Hasil pengamatan
Kalsium 0,1 g + 7,5 ml HCl encer
Larutan keruh, tidak ada endapan
Dipanaskan
Larutan tidak berwarna
+2 tetes indicator metil merah
Belum terbentuk endapan
Warna larutan menjadi sedikit merah muda
Dipanaskan
+ larutan amonium oksalat
Larutan menjadi keruh
+ larutan amonia encer
Belum terbentuk endapan
Warna lerutan menjadi kuning keruh
Didiamkan
Terbentuk endapan


E. Pengolahan Data
    
Wendapan (CaC2O4)  = (Wkertas saring + endapan) - (Wkertas saring)
                            =  0,6 g - 0,4 g
                            =  0,2 g

Faktor Gravimetri = 
Ar Ca
Mr CaC2O4

40
128

                                = 0,3125

%Ca dalam CaC2O4 =
FG x Wendapan
x 100%
Wsampel


0,3125 x 0,2 g
x 100%
0,1 g
                                 = 62,5%

F. Pembahasan
Percobaan gravimetri ini bertujuan untuk mendapatkan berat endapan yang dihasilkan kalsium sebagai kalsium karbonat, dimana dibutuhkan 50 ml HCl encer (1:1), 0,1 g amonium oksalat dalam 25 ml air, 50 ml amonia encer (1:) dan 50 ml 1% amonium oksalat. Selanjutnya kalsium dilarutkan dengan HCl encer yang telah disiapkan sebelumnya sebanyak 7,5 ml dan dipanaskan hingga larut dan mendidih agar CO2 terusir. Kemudian setelah mendidih tambahkan 2 tetes indikator metil merah, seketika warna larutan berubah menjadi berwarna merah muda namun belum terbentuk endapan.

Kemudian ditambah dengan larutan amonium oksalat dan larutan berubah warna menjadi putih keruh, lanjut dengan penambahan larutan amonia encer (1:1) hingga larutan berubah warna menjadi kuning, namun ketika ditambahkan larutan amonium oksalat larutan tidak berwarna kuning melainkan berwarna putih keruh. Setelah didiamkan, sedikit demi sedikit endapan terlihat sudah terbentuk dan tidak terlalu lama saat larutan menunjukkan adanya endapan yang terbentuk saat didiamkan.

Karena endapan telah terbentuk, kemudian larutan yang telah didiamkan disaring untuk memisahkan antara endapan dengan larutannya. Setelah didapat endapan hasil penyaringan, kemudian endapan yang masih basah di masukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 120 °C hingga kering dan selanjutnya endapan kering ditimbang untuk mengetahui berat endapan yang didapat dengan berat sampel. Berat endapan yang dihasilkan setelah penimbangan yaitu 0,2 g dan berat sampel 0,1 g. Dari hasil perhitungan didapat faktor gravimetri sebesar 0,3125 dan %Ca dalam CaC2O4 adalah 0,625 %. 
     

Tuesday 12 December 2017

Analisis Kualitatif: Kation dan Anion

A. Tujuan
     Mengidentifikasi kation dan anion dalam sampel

B. Dasar Teori
     Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur, dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh.

     Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisis kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis kation atau anion suatu larutan.

     Analisis kualitatif kation ini menggunakan cara konvensional yaitu, memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan. Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokkan dilakukan dalam bentuk pengendapan, dimana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan  kelompok ion tersebut. Kelompok ion-ion tersebut adalah:

1. Golongan klorida (I),
2. Golongan sulfida (II),
3. Golongan hidroksida (III),
4. Golongan sulfida (IV),
5. Golongan karbonat (V),
6. Golongan sisi (VI)    

yang berarti pada golongan I yang dihasilkan adalah endapan klorida, golongan II menghasilkan sejumlah endapan garam sulfida, golongan III menghasilkan endapan hidroksida, golongan IV menghasilkan endapan sulfida yang larut dalam asam klorida, dan golongan V menghasilkan endapan karbonat.

     Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisis kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dengan warna yang berbeda-beda. Berdasarkan sifat pembentukkan endapannya, kation dibagi menjadi empat kelompok besar:


Kelompok I adalah kation yang mengendap dengan adanya ion klorida dalam suasana asam. Kation-kation yang termasuk dalam kelompok ini adalah Ag+, Hg22+,dan Pb2+.


Kelompok II adalah kation yang mengendap dengan ion sulfida dalam kondisi sedikit asam. Garam-garam sulfida dari ion-ion didalam kelompok ini memiliki Ksp yang jauh lebih kecil dari ion-ion kelompok III. Ion-ion yang termasuk kelompok ini adalah Cu2+, Cd2+, Bi3+, Sn4+, Hg2+, Sb3+, dan Pb2+.


Kelompok III adalah ion-ion yang mengendap dengan ion sulfida atau hidroksida dalam suasana yang sedikit basa. Ion-ion yang termasuk dalam kelompok ini adalah Al3+, Zn2+, Cr3+, Fe2+, Fe3+, Ni2+, Co2+ , dan Mn2+.


Kelompok IV adalah ion-ion yang tidak mengendap dengan anion-anion diatas. Ion-ion yang termasuk golongan ini adalah Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+, dan NH4+.


C. Prosedur Kerja

 

D. Data Pengamatan
     Uji sampel


Sampel
Pereaksi
Hasil pengamatan
Sampel
berbentuk padatan, serbuk kasar berukuran besar, berwarna jingga
Aquades
Larutan berwarna jingga pekat, terbentuk endapan berwarna jingga


Uji identifikasi anion


Anion
Pereaksi
Hasil pengamatan
Reaksi
CrO42-
H2SO4
terbentuk endapan berwarna jingga
CrO42- + H2SO4  Cr(SO4)jingga + 2H2O
SCN-
FeCl3
 larutan sampel berubah menjadi berwarna merah hati
SCN- + FeCl3  Fe(SCN)3merah + 9Cl-
I-
AgNO3
 terbentuk endapan berwarna kuning
I- + AgNO3  AgIkuning + NO3-
    
Uji identifikasi Kation

Kation
Pereaksi
Hasil pengamatan
Reaksi
K+
K3Fe(CN)6
 terbentuk endapan berwarna kuning terang
K+ + K3Fe(CN)6  K4Fe(CN)6kuning
Cu2+
HCl




K3Fe(CN)6
larutan tidak berwarna, terbentuk endapan berwarna jingga

larutan berwarna merah kecoklatan (merah hati)

Cu2+ + HCl  CuCl2jingga + H+




3CuCl2 + K3Fe(CN)6 Cu3[Fe(CN)6]2coklat kemerahan (merah hati) + 6KCl




E. Pembahasan
     Percobaan analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu anion dan kation dalam suatu sampel. Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisis kualitatif adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation dalam suatu larutan.

     Dalam melakukan analisa, praktikan memperhatikan sifat-sifat zat atau bahan baik secara sifat-sifat fisik maupun sifat kimianya. Misalnya suatu sampel cairan dalam gelas, bila kita ingin tahu sampel apa cairan itu maka praktikan melakukan uji kualitatif terhadap sampel cairan itu. Sampel yang digunakan adalah sampel berbentuk serbuk berwarna jingga, kemudian dilakukan uji identifikasi pada kation dan anion yang terdapat dalam sampel tersebut. Agar sampel mudah diamati dan diketahui anion dan kationnya serta mudah direaksikan dengan pereaksi lain, maka sampel ditambahkan atau dilarutkan dengan aquades. Sampel yang telah larut kemudian dibagi atas beberapa bagian dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 ml. Kemuadian larutan sampel direaksikan dengan HCl 0,5 M, NaOH 0,5 M, KSCN 0,5 M, NH4OH 0,5 M. Setelah direaksikan dengan pereaksi tersebut kation dan anion belum bisa diidentifikasi, maka perlu ditambahkan dengan pereaksi lain yaitu H2SO4, FeCl3, AgNO3, HCl dan K3Fe(CN)6. Setelah direaksikan dengan pereaksi tersebut, maka beberapa anion dan kation yang terdapat dalam sampel dapat diketahui yaitu:

Sampel ditambahkan dengan larutan H2SO4 terbentuk larutan berwarna jingga, sampel larut dan diketahui anionnya yaitu CrO42-
reaksinya CrO42- + H2SO4  Cr(SO4)jingga + 2H2O

Sampel ditambah larutan FeClterbentuk larutan berwarna merah dan anion yang diketahui yaitu SCN-
Reaksinya SCN- + FeCl3  Fe(SCN)3merah + 9Cl-

Sampel ditambah larutan AgNO3 terbentuk endapan berwarna kuning dan anion yang dietahui yaitu I-
reaksinya I- + AgNO3  AgIkuning + NO3-

Sampel ditambah larutan HCl terbentuk larutan tidak berwarna, terdapat padatan yang terbentuk diatas permukaan larutan yang berwarna jingga, kemudian ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 terbentuk endapan coklat kemerahan Cu2[Fe(CN)6] dan didapat kation berupa Cu2+
reaksinya Cu2+ + HCl  CuCl2jingga + H+
                       CuCl2 + K3Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6]2coklat kemerahan (merah hati) + KCl

Sampel ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 terbentuk endapan kuning dan diketahui kationnya yaitu K+
reaksinya K+ + K3Fe(CN)6  K4Fe(CN)6kuning

Praktikum Kimia Dasar II: Kesetimbangan Kimia

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia

1. Dasar Teori

    Kesetimbangan kimia adalah satu kondisi yang dicapai dalam sebuah reaksi kimia yang tejadi secara seimbang dalam lajunya pada saat reaksi maju dan reaksi baliknya. Dengan kesetimbangan kimia ini, maka kita dapat melakukan proses balik pada zat-zat yang ada sehingga terbentuk kembali zat dasarnya.

    Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana zat-zat pereaksi dan hasil reaksi terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati. Dengan kata lain, campuran masih mengandung zat-zat pereaksi, tetapi reaksi seolah-olah sudah berhenti. Dikatakan seolah-olah berhenti karena ternyata reaksi tetap berlangsung pada tingkat mikroskopis.

1.1 Reaksi Reversibel dan Irreversibel

    Dalam kehidupan sehari-hari sulit menentukan reaksi yang dapat dibalik. proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat dibalik. Namun di laboratorium maupun dalam proses industri, banyak reaksi yang dapat dibalik. Reaksi yang dapat dibalik disebut reversible, sedangkan reaksi yang tidak dapat dibalik disebut irreversible. Salah satu reaksi reversible adalah reaksi antara nitrogen dengan hidrogen membentuk amonia. Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan akan menhasilkan amonia.a
N2(g) + 3H2 2NH3(g)

 sebaliknya, jika amonia (NH3) dipanaskan akan terurai mejadi nitrogen dan hidrogen.
2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g)

 Kedua reaksi tersebut dapat digabung menjadi N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
 tanda di maksudkan untuk menyatakan reaksi dapat balik. Reaksi ke kanan disebut reaksi maju dan reaksi ke kiri disebut reaksi balik.

1.2 Keadaan Setimbang

    Melalui percobaan dapat di tunjukkan bahwa dalam keadaan setimbang, reaksi tetap berlangsung pada tingkat molekul (tingkat mikroskopis). Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut kesetimbangan homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih disebut kesetimbangan heterogen. kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas atau larutan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan komponen padat-gas atau cair-gas.

    Pada tahun 1864, Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage menemukan suatu hubungan yang tetap antara konsentrasi kesetimbangan, yaitu nisbah hasil kali konsentrasi setimbang at-zat produk terhadap hasil konsentrasi setimbang zat-zat pereaksi. Masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, dan selanjutnya disebut hukum kesetimbangan. Nilai dari hukum kesetimbangan disebut tetapan kesetimbangan dan dinyatakan dengan lambang Kc.

    Ungkapan hukum kesetimbangan disebut persamaan tetapan kesetimbangan. Persamaan tetapan kesetimbangan sesuai dengan stoikiometri reaksi. Secara umum untuk reaksi:
mA + nB pC + qD 

 persamaan tetapan kesetimbangannya adalah:


karena satuan konsentrasi adalah M, maka satuan Kc = M(p + q) - (m + n) 


    Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier seorang ahli kimia Perancis berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan. Kesimpulan Le Chatelier tersebut kini dikenal sebagai azas Le Chatelier mengemukakan "Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut". Secara singkat, azas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai:
Reaksi = -Aksi

Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.
Ada empat hal yang betindak sebagai gangguan dan menyebabkan pergeseran kesetimbangan, yaitu:

a. Pengaruh konsentrasi

    Perubahan konsentrasi maksudnya menambah atau mengurangi zat pereaksi atau produk ke dalam reaksi setimbang. Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan adalah:
- Jika pereaksi ditambah, reaksi akan bergeser ke produk
- Jika produk ditambah, reaksi akan bergeser ke pereaksi
- Jika pereaksi dikurangi, reaksi akan bergeser ke pereaksi
- Jika produk dikurangi, reaksi akan bergeser ke produk

    Sesuai dengan azas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi salah satu komponen diperbesar maka reaksi sistem adalah mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrai salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem adalah menambah komponen itu.

b. Pengaruh volume dan tekanan

    Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi suatu komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menmbah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar.

Pengaruh volume:
- Jika volume diperbesar, reaksi akan bergeser ke jumlah koefisien reaksi besar
- Jika volume diperkecil, reaksi akan bergeser ke jumlah koefisien reaksi kecil

Pengaruh tekanan:
- Jika tekanan diperbesar, reaksi bergeser ke jumlah koefisien reaksi kecil
- Jika tekanan diperkecil, reaksi bergeser ke jumlah koefisien reaksi besar

c. Pengaruh Suhu

    Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem adalah menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang menyerap kalor (ke arah reaksi endoterm). Sebaliknya, jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm.
- Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm
- Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm.

d. Pengaruh Katalis

    Penggunaan katalis akan mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Suatu reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat dicapai dalam beberapa menit dengan hadirnya suatu katalis. Suatu katalis juga penting bagi reaksi yang memerlukan suhu tinggi, karena dengan suatu katalis reaksi dapat berlangsung pada suhu yang lebih rendah. Hal itu menjadi sangat penting apabila reaksi pada suhu tinggi mengurangi rendemen hasil reaksi. Meskipun katalis dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang, namun katalis tidak mengubah komposisi kesetimbangan.

2. Prosedur Kerja

Percobaan 1: Pengaruh perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan
    10 ml aquades dimasukkan ke dalam gelas kimia berukuran 50 ml, kemudian ditambahkan larutan FeCl3 1 M sebanyak 5 tetes dan diaduk. Kemudian campuran tersebut dibagi ke dalam 5 tabung reaksi dan satu tabung reaksi dijadikan pembanding. Pada tabung 2 di tambahkan larutan KSCN 1 M sebanyak 5 tetes, pada tabung 3 di tambahkan larutan FeCl3 1 M sebanyak 5 tetes,  pada tabung 4 di tambahkan larutan Na2HPO4 jenuh sebanyak 7 tetes. Selanjutnya ke-3 tabung diguncangkan dan warna larutan masing-masing tabung dibandingkan dengan tabung 1. Kemudian pada tabung 5 ditambahkan aquades sebanyak 5 ml, tabung diguncangkan dan dibandingkan dengan larutan pada tabung 1 dengan cara dilihat dari atas ke bawah. Selanjutnya air teh dimasukkan ke dalam masing-masing dua tabung reaksi sebanyak 5 ml, kemudian di tambahkan 5 ml aquades pada salah satu tabung. warna air teh dalam kedua tabung tersebut di bandingkan dengan cara dilihat dari atas ke bawah.

Percobaan 2: Pengaruh perubahan suhu pada sistem kesetimbangan
    Sediakan 3 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung diisi dengan 10 tetes HNO3 pekat dan satu lempeng Zn. Tutup tabung reaksi rapat-rapat dengan sumbat karet, kemudian tabung 1 dimasukkan ke dalam es, tabung 2 dimasukkan ke dalam air panas dan tabung 3 dijadikan pembanding. Kemudian warna gas yang terbentuk dalam ke-3 tabung di amati dan dibandingkan.

3. Hasil Pengamatan

Percobaan 1
    Mula-mula mencampurkan aquades sebanyak 10 ml dengan 5 tetes FeCl3 1 M dan 5 tetes larutan KSCN 1 M ke dalam gelas kimia menghasilkan warna coklat pada campuran. Kemudian setelah dibagi atas 5 bagian pada 5 tabung reaksi, pada tabung 2 dengan penambahan larutan KSCN menghasilkan warna coklat dengan tingkat 4 kali lipat lebih gelap di bandingkan dengan tabung 5 yang di tambahkan aquades. Kemudian dengan penambahan larutan FeCl3, larutan berwarna lebih muda dibandingkan dengan penambahan larutan KSCN, sedangkan dengan penambahan larutan Na2HPO4 jenuh tidak ada perubahan. Kemudian pada 2 tabung yang berisi air teh dan setelah salah satu tabung di tambah aquades, tabung dengan penambahan aquades lebih muda warnanya dibandingkan dengan tabung yang tidak di tambah aquades.

Percobaan 2
    Setelah masing-masing 3 tabung reaksi diisi dengan 10 tetes HNO3 pekat dan satu lempeng Zn dengan warna awal masing-masing tabung berwarna coklat. Setelah dibandingkan antara ke-3 tabung reaksi, tabung 1 dalam air panas menjadi berwarna coklat pekat, tabung 2 pada es coklat lebih muda dibandingkan tabung 1 dan tabung 3 dengan penempatan suhu lingkungan tidak terjadi perubahan lagi sejak penambahan lempengan Zn.

4. Pembahasan

    Percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, pengaruh perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan, pengaruh perubahan suhu pada sistem kesetimbangan. dalam melakukan percobaan ini, diperlukan ketelitian dalam membandingkan warna-warna yang dihasilkan. Pada percobaan ini dibagi menjadi 2 percobaan. Percobaan pertama yaitu, pengaruh perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan. Percobaan pertama dengan  menambahkan aquades dan larutan FeCl3 dengan larutan KSCN pada gelas kimia menghasilkan warna coklat, setelah dibagi atas 5 bagian dalam 5 tabung reaksi dan satu tabung dijadikan pembanding, kemudian masing-masing tabung diisi dengan larutan KSCN, FeCl3, Na2HPO4 dan aquades. Hasil yang ditunjukkan oleh masing-masing tabung berbeda, tabung dengan penambahan larutan KSCN menghasilkan warna lebih coklat daripada tabung lainnya. Kemudian pada percobaan dengan menggunakan air teh, salah satu tabung yang ditambahkan aquades memiliki warna yang lebih muda dibandingkan dengan tabung yang tidak ditambahkan aquades. Hal ini disebabkan karena perubahan konsentrasi mempengaruhi sistem kesetimbangan.
    Pada percobaan kedua yaitu pengaruh perubahan suhu pada sistem kesetimbangan. Percobaan ini membandingkan warna yang terjadi pada tiga tabung yang masing-masing telah diisi dengan larutan HNO3 dan lempeng Zn, kemudian ditempatkan pada suhu yang berbeda. Warna yang dihasilkan yaitu coklat pekat pada penempatan suhu tinggi yaitu pada air panas, coklat lebih muda pada penempatan suhu rendah yaitu es dan pada suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu, maka semakin berpengaruh terhadap kesetimbangan.